Tuesday 5 January 2016

Menanti Pagi


Sakit, sedih, dan sepi
Seolah diaduk dengan pekatnya malam
Lalu, harus ku tengak sendiri rasa pahit ini
Tak ada satupun yang tahu
Bahkan bantal yang sudah basah ini tak tahu
Tak pernah tahu akan rasa ini.

Tak sanggup ku menahan lagi
Inginku berteriak sekeras-kerasnya.
Namun ku sadari,
itu tak membuat ironi pergi.

Ku tatap langit,
Kemegahan lukisan Tuhan pun tak mampu,
Tak mampu membagikan secuilpun senyuman.
Sayup sayup ku dengar,
Nyanyian jangkrikpun mencoba menghiburku
Namun hanyalah kesiaan.

Tak ada istimewa nya mentari dari rembulan.
embunpun tak lebih indah dari sang bintang.
Namun, Kuharap sang mentari segera datang
Mengusir pahitnya malam.
Karena pagi selalu istimewa karena tawa mereka.

Magetan, 6 Januari 2016

No comments:

Post a Comment