Wednesday 31 August 2016

Menghadapi Begal di Kenjeran


Waktu menunjukkan pukul 20.45, Saya dan sahabat saya Yusuf sedang terjebak macet menuju ke jembatan suroboyo, untuk menyaksikan pertunjukan air mancur menari yang hanya dinyalakan seminggu sekali dan hanya satu jam saja.

Jarak lokasi masih 500 meter, sedangkan kondisi jalan benar-benar 'stuck' tidak bisa jalan sama sekali, akhirnya kami memutuskan untuk memarkir motor di pinggir jalan, kemudian melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju lokasi.

Kami bergegas menuju lokasi, Susah sekali jalannya, meskipun jalan kaki tetep sangat sulit untuk menembus kemacetan ini, dengan cara menekuk-nekuk badan akhirnya kami berhasil menembus kemacetan ini.

Sembari mengusap peluh keringat, terlihat kemegahan jembatan surabaya yang baru saja diresmikan ini, suasana begitu padat, setiap jengkal jembatan penuh dengan manusia, semua berfokus menikmati keindahan air mancur LED yang bergoyang-goyang dengan semangatnya, diiringi dengan alunan musik khas suroboyo, yang semakin menambah suasana syahdu malam ini.

Tidak mau melewatkan moment ini, saya segera mengeluarkan kamera dan berselfie ria, semua pengunjung juga berselfie berjamaah mengarah pada latar belakang yang sama, saya jadi teringat andai saja kami masih melanjutkan perjalanan menggunakan motor, pasti sekarang masih "misuh" bersama dengan ribuan orang lainnya, akhirnya saya bersyukur, karena jauh-jauh dari magetan sana, tujuan utama adalah jembatan ini, jika ini kelewatan mungkin tidak ada kesempatan untuk kedua kalinya.

Selepas puas berfoto, kami duduk menikmati panorama jembatan terindah di asia ini, tak lama kemudian sayup-sayup terdengar suara anouncer yang mengumumkan bahwa air mancur akan dimatikan, dan jembatan akan segera ditutup, semua pengunjung untuk segera meninggalkan jembatan, kami segera keluar dari jembatan, melihat jalanan yang justru semakin parah macetnya karena pengunjung berhamburan keluar, kami memutuskan bersantai di taman sejenak menunggu  jalan sepi.

Selang 45 menit kemudian.

"Mas, segera keluar dari sini, sudah tutup" Teriak dua orang satpol PP yang menghampiri kami.
"Sebentar mas, masih nunggu jalanan lengang" sahut saya.
"Jangan mas, nanti kalau ada apa-apa di sini kami petugas yang disalahkan, sebaiknya sampean segera pergi dan mencari jalan raya tengah kota yang ramai,  hati-hati di sekitar pantai kenjeran ini banyak begal. " saran petugas satpol PP.
"Oh gitu, siap pak" kami segera meninggalkan taman, dan jalanan pun ternyata sudah  sepi, kami bergegas menuju parkir motor yang kami tinggalkan 500m sana.
Selang 5 menit akhirnya sampailah saya di tempat motor.
"Tujuan berikutnya kemana rif? " tanya Yusuf, yang kemudian saya respon dengan membuka google untuk mencari spot wisata di surabaya. 

Cukup lama saya browsing di pinggir  jalan yang sepi dan gelap ini, di tengah berselancar ria, tiba-tiba kami dihampiri dua pemuda yang sepertinya sudah menunggu sekitar 10 meter di dekat motor saya, yang satu berpostur tinggi dan satunya lagi  berbadan gempal tapi pendek, tatapan mata tajam, wajah seperti orang Madura, datang menginterogasi. 

"Dari mana mas? " Dia bertanya
"Dari magetan" jawab saya
"Di surabaya tinggal nya dimana?"
"Di jombang di rumah temen"
"Begini mas, saya mau minta tolong". Dengan wajah mencurigakan dia bertanya.
"Minta tolong apa mas? "
"Adik saya gak pulang sampai sekarang, digebukin orang gara-gara judi, minta tolong bantu carikan kalau ketemu"
"Maaf mas, saya gak tahu" Jawab saya, sengaja mau menghindar.
"Ayo ikut saya ke rumah biar saya tunjukkan fotonya " Dia sedikit memaksa
"Maaf mas, saya orang jauh, ini mau segera pulang" Rasanya ingin segera loncat ke motor dan tancap gas
"Bapaknya sudah putus asa cari-cari anaknya gak ketemu-ketemu, tolong sampean kalo ketemu kabari saya, sampean paham ta? Dengan nada yang semakin meninggi
Saya mengangguk, sambil berpikir ini orang aneh, minta tolong sama orang jauh yang tidak tahu seluk  beluk tentang surabaya, kan masih  banyak orang lokal yang bisa dimintai pertolongan, saya semakin curiga karena saya bukan orang surabaya, sehingga dia pikir bisa dijadikan santapan empuk malam ini. 
"Paham gak? Kalo ditanya jawab, jangan ngangguk aja, dan kalau diajak ngomong dilihat, jangan tolah toleh saja, kon ora pernah digepuki wong ta,  ta culek matamu kon"
Saya memang sengaja mengalihkan pandangan biar gak fokus ke mata, karena saya khawatir dia mau nenghipnotis saya. Dan dari ancaman itu saya semakin yakin kalau itu begal.
"Ini orang minta tolong kok nadanya kaya begal nodong" batin saya.
"Ayo mas, rumah saya dekat situ aja kok"

Dia terus membujuk supaya ikut dengannya, tapi kami selalu beralasan,  mereka mulai putus asa, dan mulai menyadari bau busuknya sudah tercium, mereka akhirnya menggeber motornya dan meninggalkan kita tanpa sepatah kata.
Kamipun juga mengegas motor menuju arah berlawanan, dengan perasaan dag-dig-dug, dan berharap mereka tidak balik dan mengejar kita, hingga sampailah kita di jalur ramai, melewati  tugu pahlawan menyadarkan saya bahwa Indonesia belum Merdeka sepenuhnya, justru semakin banyak penjajah di negeri ini, dari anak bangsa sendiri.

Belakangan saya tahu, penjahat dengan modus adik hilang, tuduhan nabrak adik, tuduhan menganiaya adik, yang pada intinya mengajak korban untuk datang ke tempat sepi/rumahnya yang sudah ditunggu komplotan nya, dan kemudian merampas harta benda korbannya, bahkan hingga nyawanya.  modus seperti ini sudah mendapat banyak korban di kota-kota besar seperti jakarta, surabaya, hingga medan.
Saya membaringkan diri di atas sajadah masjid, melihat-lihat   keindahan album  foto jembatan suroboyo,  yang telah ternodai kejadian ini, seiring terpejamnya mata, saya mencoba melupakan , dan menyambut episode hari esok yang lebih seru.