Wednesday 6 January 2016

8 BENDA YANG MEMBAWAKU KEMBALI KE MASA KECIL



Foto MI


Ya, masa sekolah MI adalah masa terindah dan paling mengesankan dalam hidup saya. Dari sinilah perjuangan dimulai, baik saya sendiri maupun orang tua sama-sama berjuang. Sejak kecil saya sudah berjuang , dan saya bangga dengan itu.

Hal yang paling mengesankan pada masa MI adalah ketika saya pernah dua kali mewakili sekolah saya dalam lomba "Cerdas Cermat", meskipun cuma setingkat kabupaten, itu sudah menjadi kebanggaan buat saya. Dan hal yang paling mengesankan ketika cerdas cermat itu adalah ketika lawan-lawan saya memakai pensil baru yang bagus, saya hanya membawa pensil beberapa sentimeter, Tapi ya itulah saya yang bangga dengan kesederhanaan nya.


Televisi

Saya cantumkan TV di sini, bukan karena saya sering nonton TV waktu kecil, tapi justru karena perjuangan untuk menonton TV itu. Saya hidup di dalam keluarga  fundamentalis, yang menganggap menonton TV adalah dosa. Selain itu saya juga hidup dalam keluarga sederhana yang sudah bisa makan setiap hari saja sudah bersyukur. Itulah sebabnya saya tidak punya TV waktu itu.

Setiap nonton TV saya pergi ke rumah teman, itupun belum tentu dia lagi nyalain TV, kalaupun nyalain TV pilihan channel nya belum tentu acara kartun, tapi justru bapaknya yang nonton acara berita. ada yang lebih nyesek dari ini?


Celengan

Meskipun anak orang miskin, tapi tidak membuat saya pasrah akan keadaan. Saya adalah manusia yang sangat ambisius. Ketika teman-teman saya dengan mudahnya merengek kepada orangtuanya untuk meminta sesuatu. Saya harus menabung beberapa minggu, bahkan berbulan-bulan hingga bertahun-tahun untuk mendapatkan apa yang saya inginkan. Dan uniknya,  saya selalu menuliskan barang-barang yang saya inginkan di celengan itu, sebagai motivasi. Dan dari budaya menabung itulah saya bisa membeli TV sendiri, meskipun MTs baru kesampaian :-)


Sepeda

Kembali ke masa perjuangan, sekolah MI saya berjarak 4km dari rumah saya. Pada waktu itu keluarga saya belum punya motor. Dan Ibu saya lah yang mengantar jemput si Ridwan kecil ke sekolah. Jika dihitung 4kmx4=16km, bayangkan, Ibu menempuh jarak sejauh itu setiap hari hanya demi anaknya bisa mengenyam pendidikan. Dan itulah motivasi terbesar dalam hidup saya.

Tidak hanya masa MI saja, sepeda menemani perjalanan saya, sampai MTs pun masih setia menemaniku, bahkan pagi dan sore. Ya, sekolah ku masuk dua kali, pagi dan sore, jadi jika dihitung 16km jarak yang aku tempuh setiap harinya. Untungnya menginjak MA sudah dibelikan motor, meskipun motor butut yang selalu jadi bahan bully-an. Tapi Alhamdulillah setelah lulus sekolah, berkat bisnis online,  saya sudah mampu beli motor yang saya inginkan, dalam waktu tak lebih dari 3 bulan.


Radio


Karena gak punya televisi, radio adalah hiburan mewah yang pertama saya miliki. Saya dapatkan waktu itu seharga  10.000,- rupiah. Kalau lagi insomnia, saya sering mendengarkan radio kecil ini sebagai hiburan, meskipun acara dini hari cuma ada RRI, lumayan daripada gak ada sama sekali :-). Acara paling bagus biasanya mengudara setiap malam minggu. Akan tetapi, radio ini sering jadi sasaran kemarahan bapak saya ketika saya gak bangun subuh. Alhasil barang mewah ini hancur berkeping-keping di tangannya.


Gimbot/Game Watch

Gimbot adalah salah satu permainan populer pada waktu itu, saya mendapatkan benda ini dengan membuka tabungan saya.  Saya membeli barang ini untuk hiburan pada waktu bulan puasa, sebagai alat untuk ngabuburit yang paling ampuh pada masa itu. Karena seringnya dimainkan, akhirnya tombolnya jadi kurang responsif, tapi dari itu timbullah keberanian membuka, dan akhirnya bisa memperbaiki nya sendiri.


Layang-layang

Pada masa kecilku, teknologi masih belum semaju sekarang, handphone masih hanya dimiliki oleh orang kaya. Beda dengan zaman sekarang yang sudah era digital, zaman dulu masih permainan tradisional. Salah satu permainan yang sering kami mainkan adalah layang-layang. Dengan terbatasnya teknologi, justru merangsang kreativitas anak-anak. Saya sudah mampu membuat layang-layang yang bahkan besarnya melebihi badan saya sendiri :-)


Tamiya

Selain layang-layang, permainan yang sering kami mainkan adalah tamiya. Saya mendapatkan barang ini tidak mudah, harus ngumpulin uang dulu beberapa bulan. Kami membuat lintasan tamiya dari kardus bekas yang direkatkan dengan lakban. Yang menang selalu yang pakai baterai "ces-cesan". punya saya yang pakai baterai abc tenaga matahari, sering di-overlap, :-). Kadang saking cepatnya tamiya, lintasan jadi jebol. Hehe :-)






No comments:

Post a Comment