Wednesday 28 September 2016

Bernostalgia dengan Google Street View

Dalam hidup kita pasti pernah mengalami hal-hal yang menarik, mengesankan dan tak bisa dilupakan, sehingga menjadi kenangan dalam hidup kita. Kenangan itu pasti ada yang baik dan buruk, yang buruk biarlah berlalu sebagai pelajaran, yang baik-baik saja  yang selalu kita ingat sebagai kenangan indah.

Terkadang kita ingin mengunjungi tempat-tempat yang pernah kita lewati atau kunjungi, baik ke tempat wisata, sekolah, atau bahkan rumah mantan mungkin, hehe. namun seiring berjalannya waktu, kita semakin menjauh dari tempat-tempat kenangan tersebut, entah karena kerja, atau kuliah, keterbatasan waktu, hingga karena malu, yaiyalah mantan udah punya suami/istri, hehehe

Tapi tidak usah khawatir, ternyata google maps/street view yang selama ini kita kenal sebagai aplikasi navigasi, bisa juga lho berguna sebagai aplikasi nostalgia. Entah sejak kapan google street view masuk desa saya, lha kok ujug-ujug desa saya sudah masuk google street view. dimulai dari situlah, saya akhirnya penasaran mencoba searching desa-desa lain, dan ternyata google streetview sudah menjangkau ke hampir seluruh pelosok desa di pulau jawa, dan gambarnya juga cukup up to date.

Kemudian sayapun terfikirkan untuk mencari tempat-tempat yang pernah saya kunjungi, sebelumnya agak sulit untuk mencarinya, tapi setelah diubek-ubek ketemu juga, dan hasilnya sudah banyak perubahan, ini menunjukkan Indonesia itu masih dalam perkembangan menjadi semakin baik.

Berikut ini saya berikan contoh gambar-gambar yang saya screenshot dari google streetview berikut kisah di baliknya.

Masjid di Ponorogo.  
Waktu MTs saya pernah ikut kegiatan silaturahmi ke masjid-masjid selama 40 hari ke Ponorogo. Di masjid ini saya menetap 3 hari. Daerah ini konturnya naik turun perbukitan, jaraknya cukup jauh dengan masjid jumatan. sehingga waktu itu kita semua berjalan menuju masjid berkilo-kilo meter, saya waktu itu masih kecil sehingga kecapean, sehingga digendong teman saya ketika naik tanjakan, ah alangkah indahnya masa itu, yang mana beban hidup hanya lah ketika ditugasi ceramah, ta'lim, atau mutakalim saja.

Tanjakan Temboro-Kembangan. 
Semasa MI Hingga MTs saya setiap harui naik sepeda 4km menuju sekolah. Inilah medan terberatnya. di tanjakan inilah saya turun dan nuntun sepeda ke atas, dan nuntun juga ketika ke bawah karena tidak ada rem, kadang kalau kepepet mau terlambat meluncur dengan extrem menggunakan rem sandal, sehingga karena itulah sandal saya selalu keropos sebelah hehe

Jalan Jenderal Sudirman Jakarta. 
Beberapa tahun lalu saya ke Jakarta, yah meskipun 40 hari, tapi saya mencoba memanfaatkan dengan sebaik-baiknya dengan mencari ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya. Salah satunya ketika car free day di jalan jenderal sudirman jakarta, saya jalan kaki dari monas ke gelora bung karno. tidak hanya itu saya juga muterin GBK, ternyata luas banget udah jalan lamaaaa gak sampai-sampai, dari ketemu  komunitas bola sampai komunitas skate board,  dari ketemu penjual jamu sampai jualan es, akhirnya sampai juga. 

Pada hari itu tidak hanya jalan kaki ketika ikut car free day saja, sebelum itu demi pengiritan, dari tempat kos saya sampai halte transjakarta juga jalan kaki hampir 2km. pulang nya juga jalan kaki, jadi totalnya hari itu saya jalan kaki lebih dari 10km, dan itu saya lakukan sendiri. Di jakarta saya sendirian, teman-teman sudah pada pulang ke jawa. Meskipun begitu, jalan kaki di Jakarta menurut saya tidak terasa capek. baru terasa nya ketika sampai di rumah, soalnya seperti yang kita tahu, jalan jenderal sudirman itu pusat kotanya Jakarta, jadi pemandangan nya landskap gedung-gedung tinggi nan besar, jadi seolah-olah cuma melewati beberapa rumah saja, tapi itu hanya ilusi saja. :-)




No comments:

Post a Comment